Blog

5 Alasan Mayoritas Pembelot Korea Utara adalah Perempuan, dari Perdagangan Seks hingga Kebebasan Berekspresi

Jakarta – Informasi pada 2019 menunjukkan bahwa 70 persen pembelot Korea Utara adalah perempuan. Dilansir dari libertyonnorthkorea.org, pada 2019 sebanyak lebih besar dari 33 ribu pengungsi telah lama berhasil sampai ke Korea Selatan kemudian sebagian besar dari merek adalah perempuan. Apakah alasannya?

1. Hukuman perempuan bukan seberat laki-laki

Dilansir dari nknews.org, orang narasumber yang tersebut merupakan salah satu pembelot mengungkapkan bahwa hukuman yang digunakan didapat perempuan tidaklah seberat laki-laki. Laki-laki dikenai hukuman cambuk berat ketika merek tertangkap melakukan kegiatan yang dimaksud melanggar hukum. Sementara perempuan walau tiada sepenuhnya terbebas dari konsekuensinya, cenderung diperlakukan dengan sedikit lebih besar lunak.

2. Faktor ekonomi

Faktor lain yang dimaksud menyebabkan tingginya total pembelot perempuan adalah peran utama mereka itu sebagai pencari nafkah dalam Jangmadang  (pasar tiada resmi Korea Utara) untuk menghidupi keluarga. Dilansir dari The Korea Times, selama masa kelaparan massal serta kesulitan perekonomian 1994-19998, jatah negara secara tiba-tiba berhenti. Di Korea Utara, orang-orang tidak ada menabung untuk masa depan atau mempunyai harta benda, jadi dampaknya sangat buruk.

“Sejak tahun 1990-an, sejak kelaparan, perempuan tinggal pada rumah, lalu laki-laki bekerja lalu terlibat pada hidup berorganisasi. Perempuan bertanggung jawab melawan nafkah, jadi mereka itu tahu kemiskinan terlebih dahulu kemudian membelot terlebih dahulu untuk menghasilkan kembali uang di tempat Tiongkok bagi keluarga mereka,” ujar salah satu pembelot Korea Utara disitir dari The Korea Times.

Kelaparan tahun 1990-an tampaknya sudah pernah memperburuk peran gender meningkatkan tekanan pada perempuan untuk mengurus rumah tangga dan, sebaliknya, semakin memperdalam indoktrinasi laki-laki ke tempat kerja yang dimaksud dikelola negara.

“Jika laki-laki tak masuk kerja, merek dikritik oleh sebab itu ideologinya, dipermalukan di tempat depan orang sejumlah serta dijatuhi hukuman koreksi,” katanya.

Jadi, pria menghadapi lebih banyak berbagai hambatan untuk membelot, mengingat keterikatan mereka itu pada angkatan kerja negara, dan juga wajib militer. Ini adalah menggambarkan bagaimana wanita tidak ada semata-mata lebih lanjut bersemangat untuk pergi demi keluarga mereka, tetapi juga tambahan mampu melakukannya akibat merek kurang terikat di angkatan kerja negara.

3. Perdagangan seks

Faktor sektor ekonomi serta mobilitas gender bukanlah satu-satunya elemen yang perlu dipertimbangkan. Perdagangan seks tidaklah dapat diabaikan ketika memperhitungkan pembelotan.

Seorang Akademisi, Shin Mi Nyeo menekankan bahwa pembelot wanita kerap diperdagangkan secara seksual di dalam Tiongkok serta dia banyak tidak ada mengetahuinya ketika dia melintasi perbatasan. Konselor juga menunjukkan hal ini, menjelaskan bahwa wanita kerap dijual oleh calo di tempat Tiongkok.

Rute imigrasi yang mana umum bagi pembelot yang dimaksud tiba di area Korea Selatan panjang juga sulit, juga dimulai dari Tiongkok. Mereka banyak melintasi perbatasan Korea Utara ke provinsi-provinsi Tiongkok timur laut, juga melanjutkan perjalanan ke Asia Tenggara; setibanya dalam Thailand, mereka dipenjara lalu akhirnya dideportasi ke Korea Selatan. Perjalanan ini melibatkan perjalanan melintasi beberapa negara, yang mana pertama adalah Tiongkok.

“Kebanyakan pembelot perempuan mengalami perdagangan (seks) pada Tiongkok,” kata Shin. Para perantara di tempat Korea Utara mengatur hubungan dengan para pedagang manusia Tiongkok, lalu pada ketika para perempuan menyadari bahwa merekan sedang diperdagangkan, mereka itu sudah

4. Status sosial perempuan dianggap tambahan rendah

Dilansir dari USA Today, Perempuan juga miliki status sosial yang digunakan terpencil lebih lanjut rendah daripada laki-laki dalam Korea Utara, yang digunakan memungkinkan mereka untuk tetap memperlihatkan berada sangat dari pandangan pihak berwenang, kata Heather Barr, orang peneliti senior di tempat divisi hak-hak perempuan di tempat Human Rights Watch. Perempuan Korea Utara belaka memegang sedikit jabatan dalam pemerintahan atau usaha yang mana dikelola negara, lalu sebaliknya merupakan penggerak utama pangsa informal yang muncul setelahnya hampir runtuhnya perekonomian Korea Utara pada tahun 1990-an.

“Ekonomi bursa ini utamanya digerakkan oleh perempuan yang dimaksud telah menikah yang tersebut miliki ruang pada hidup mereka itu untuk terlibat di jenis pekerjaan tersebut, lantaran merekan tidak ada diharuskan untuk bekerja dalam pemerintahan seperti laki-laki,” katanya.

Barr mengungkapkan hal ini memberi perempuan akses lebih lanjut besar ke jaringan perantara yang tersebut dapat mengatur perjalanan ke China, sementara hal ini juga memproduksi mereka itu bergantung pada dunia yang mana beroperasi dengan suap juga korupsi.

5. Kebebasan berekspresi

Dilansir dari USA Today, motivasi sebagian wanita untuk melarikan diri juga oleh sebab itu akses terhadap informasi tentang dunia pada luar Korea Utara. Pasar gelap acara televisi dan juga video Korea Selatan diselundupkan di bentuk DVD dan juga USB, kemudian warga Korea Utara yang dimaksud tinggal di area dekat China terkadang dapat menangkap sinyal TV. 

Banyak kegiatan populer Korea Selatan yang masuk ke Korea Utara dikenal sebagai K-drama sinetron glamor yang digunakan ditujukan untuk penonton wanita. Park, dengan Liberty in North Korea, menyatakan beberapa pembelot Korea Utara menjelaskan bahwa merekan termotivasi oleh kebebasan berekspresi serta mode yang digunakan dia lihat dalam acara-acara tersebut, bersatu dengan status kemudian rasa hormat yang tersebut tambahan tinggi yang tersebut dinikmati oleh karakter wanita.

“Gaya hidup dia sangat bebas lalu bebas. Jika mereka itu ingin melakukan sesuatu, mereka itu dapat melakukannya. Jika mereka ingin bepergian ke suatu tempat, mereka bepergian. Saya dapat mengawasi bahwa hidup di tempat sana sangat jauh lebih tinggi bebas daripada di area Korea Utara,” kata Yoon Ok, nama samaran diambil dari USA Today.

LINDA LESTARI I  KOREA TIMES  I NKNEWS I  USA TODAY

Related Articles

Back to top button