SEPAK BOLA

WhatsApp Makin Ditinggal, Ramai-ramai Pindah ke Penggantinya dalam 2025

Jakarta – Dalam beberapa pekan terakhir, para pejabat pemerintah India secara umum menggalang pemanfaatan aplikasi mobile arahan singkat buatan domestik. Langkah ini menyusul upaya India untuk mengembangkan bidang teknologi di negeri lalu beralih dari aplikasi-aplikasi yang dikembangkan Amerika Serikat (AS).

“Tak ada yang mengalahkan perasaan menggunakan item buatan lokal,” kata Piyush Goyal, Menteri Perdagangan dan juga Industri India, di unggahan ke X.

“Sangat bangga menggunakan Arattai, platform digital arahan singkat buatan India,” ia menambahkan.

Sebagai informasi, Arattai merupakan perangkat lunak besutan perusahaan India, Zoho, yang dirilis pada 2021 lalu. Aplikasi komputer ini mendadak jadi populer kemudian mampu membukukan pendaftaran pengguna harian dari 3.000 berubah menjadi 350.000 pada Oktober lalu, menurut pendiri kemudian direktur utama Zoho, Sridhar Vembu.

Jumlah download-nya melonjak tajam berubah menjadi 400.000 pada September 2025, dari sebelumnya dalam bawah 10.000 pada Agustus 2025.

Memang perangkat lunak ini tidaklah dikembangkan pemerintah India secara harafiah. Namun, para pejabat pemerintah yang menggaungkan Arattai sebagai produk-produk ‘made in India’ kemudian menggalakkan warga menggunakannya ketimbang WhatsApp, mengakibatkan asumsi persoalan keterkaitan Arattai dengan pemerintah setempat.

Sebelumnya, Utama Menteri Narendra Modi mengajukan permohonan penduduk India untuk memprioritaskan barang serta layanan ‘made in India’, sebagai respons menghadapi ancaman tarif besar dari Presiden Negeri Paman Sam Donald Trump sebesar 50%.

Tak cuma itu, Menteri Pendidikan Dharmendra Pradhan menuliskan di X bahwa masyarakat sebaiknya beralih ke aplikasi-aplikasi buatan India. Menteri Dalam Negeri Amit Shah juga menimbulkan pengumuman masyarakat bahwa ia sudah pernah beralih ke layanan email Zoho yang digunakan merupakan induk Arattai.

Vembu menuliskan pada X bahwa perusahaan sudah meningkatkan infrastruktur untuk menopang lonjakan pengguna pada beberapa bulan terakhir.

Menurut analis senior ke firma intelijen lingkungan ekonomi Sensor Tower, Abraham Yousef, 12 jt atau 80% dari total download Arattai baru dihimpun bulan setelah itu dikutipkan dari Financial Times, Hari Jumat (14/11/2025). Secara total, Arattai telah menghimpun 15 jt download sejak dirilis pada 2021 silam.

Namun, masih sulit untuk mengalahkan WhatsApp yang digunakan memiliki 530 jt pengguna bergerak bulanan (MAU) dalam India. Sebagai informasi, India merupakan negara dengan basis pengguna terbesar WhatsApp. Arattai menolak mengungkap jumlah agregat MAU-nya, tetapi pakar menafsirkan jumlahnya berjauhan lebih lanjut sedikit ketimbang WhatsApp.

“Aplikasi-aplikasi instruksi singkat seperti WeChat dari China berupaya mengalahkan WhatsApp ke India, namun mengalami kesusahan,” kata Nikhil Pahwa, pendiri portak teknologi MediaNama.

“Attai akan selalu menduduki tempat nomor 2,” ia menuturkan, dikutipkan dari Financial Times.

India merupakan negara dengan populasi sebesar 1,4 miliar. Kendati demikian, sulit bagi bidang usaha untuk melakukan monetisasi.

Menurut Sensor Tower, pengguna internet di dalam India men-download 24,3 miliar program di dalam 2024 kemudian menghabiskan waktu 1,13 triliun jam untuk menjajalnya. Namun, total pengeluaran hanya sekali tembus US$1 miliar.

Para analis menyampaikan peringatan popularitas Arratai kemungkinan tak bertahan lama, jikalau dilihat dari rekam jejak program sama sebelumnya. Koo yang mana pernah disebtu sebagai substitusi Twitter dalam India pada 2020 tak lama kemudian akhirnya harus tutup pada tahun tak lama kemudian sebab sulit menerima pendanaan.

Salah satu pendiri Koo kemudian curhat dalam media sosial bahwa mayoritas item global didominasi oleh AS.

Lembaga think-tank berbasis Delhi, GTRI, menuliskan pada September kemudian bahwa selain tarif Trump, India menghadapi risiko strategis yang dimaksud lebih lanjut di dikarenakan lapangan usaha digital sangat bergantung ke teknologi AS.

Nalin Mehta, penulis ‘India’s Techade: Digital Revolution and Change in the World’s Largest Democracy’ menyatakan memang benar ada dorongan masif dari pemerintah India untuk meningkatkan kemandirian teknologi.

“Ada sentimen nasionalis yang tersebut menyokong hal ini, tetapi juga mencerminkan kepercayaan diri yang tersebut meningkat di sektor teknologi India untuk mencapai standar global,” ia menuturkan.

(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC] Next Article Siap-Siap, Bumi Punya Pengganti WhatsApp & Telegram

Related Articles

Back to top button