Sekolah Jalanan Membawa Maut: KNKT Desak Pendidikan Wajib, Sebut Sopir Otodidak Tak Paham Kendaraan Sendiri

JAKARTA – Di sedang rentetan kecelakaan truk dan juga bus yang tersebut seolah tak ada habisnya, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akhirnya menyodorkan diagnosis pahit sekaligus resep penawarnya.
Mereka menilai, akar dari berbagai tragedi pada jalan raya adalah para pengemudi yang “lulusan sekolah jalanan”—belajar secara otodidak tanpa pernah menerima pelatihan formal yang tersebut memadai.
KNKT pada saat ini secara terang-terangan memohon agar pelatihan menjadi sebuah keharusan, bukanlah lagi pilihan. Hal ini adalah upaya untuk menghentikan siklus maut yang tersebut dipicu oleh ketidaktahuan pengemudi terhadap kendaraan yang merek kemudikan setiap hari.
Ahmad Wildan, Plt Ketua Subkomite Lalu Lintas Angkutan Jalan KNKT, menegaskan bahwa menjadi sopir kendaraan komersial bukanlah sekadar mampu memutar kemudi lalu menginjak pedal. Menurutnya, ada tiga pilar keselamatan yang tersebut wajib dimiliki kemudian cuma dapat diasah melalui pelatihan yang digunakan benar.
“Kunci selamat berkendara dalam jalan itu ada tiga,” kata Wildan di keterangan resminya. “Pertama, kompeten, bahwa setiap pengemudi mampu melakukan konfirmasi kondisi kendaraannya baik, paham pengaplikasian sistem rem, paham informasi di dalam dashboard, paham aturan lalu lintas, lalu paham jalan.”
Kedua, lanjut Wildan, adalah kepatuhan. Pengemudi wajib mematuhi semua peraturan lalu lintas kemudian prosedur mengemudi yang dimaksud benar. Dan yang mana tak kalah penting, pilar ketiga adalah kejujuran.
“Ketiga, jujur pada dirinya sendiri. Jika mengantuk, lelah, atau sakit, berhenti, jangan mengemudi,” ucapnya, menyinggung salah satu penyulut utama kecelakaan fatal: microsleep.