Paus Ungkap Sinyal Kiamat Makin Dekat

Jakarta – Efek inovasi iklim akibat “kiamat” pemanasan global mulai tampak pada bervariasi penjuru dunia. Perubahan perilaku hewan berubah jadi salah satu tanda bahwa status Bumi berada dalam tidaklah stabil.
Salah satu contohnya adalah kemunculan paus pembunuh (orca) di dalam perairan lepas pantai Afrika Selatan.
Mamalia laut berukuran besar ini pada masa kini diketahui berpartisipasi memburu juga memangsa hiu putih raksasa. Para ilmuwan menyimpulkan perilaku tidak ada biasa yang disebutkan menandakan adanya gangguan penting pada ekosistem laut, yang kemungkinan besar dipicu oleh krisis iklim global.
“Meskipun kami tidaklah miliki bukti kuat mengenai penyebab spesifiknya, kedatangan pasangan paus pembunuh dapat dikaitkan dengan pembaharuan ekosistem yang digunakan lebih lanjut luas,” kata Alison Towner, penulis utama studi yang dimaksud dan juga peneliti dalam Universitas Rhodes.
Ia menjelaskan bahwa aktivitas manusia yang mana menyebabkan “kiamat” inovasi iklim serta sektor penangkapan ikan menghasilkan sistem ekologi laut terganggu.
Dalam sebuah makalah yang tersebut diterbitkan di African Journal of Marine Science, memerinci kejadian pembantaian hiu putih oleh orca yang tersebut terjadi pada Juni 2023 dalam lepas pantai Afrika Selatan.
Tim peneliti menyaksikan seekor paus pembunuh jantan yang dinamakan sebagai Starboard mendekati hiu putih. Kemudian, paus yang disebutkan mencengkeram sirip dada kiri lalu menggerakkan hiu yang dimaksud beberapa kali sebelum akhirnya mengoyak isi perutnya.
“Hebatnya, waktu yang tersebut dibutuhkan orca untuk menangkap hiu di bagian siripnya hingga mengeluarkan isi perutnya hanya sekali kurang dari 2 menit,” kata dia.
Tak lama setelahnya serangan, para peneliti dalam kapal lain mengambil foto Starboard yang mana menunjukkan sepotong hati berwarna peach ke mulutnya.
Peristiwa yang dimaksud kemungkinan besar terbentuk sebab ukuran mangsanya yang digunakan lebih besar kecil, yaitu seekor hiu putih besar yang masih remaja. Hiu putih besar dewasa memiliki panjang maksimum 6,5 meter serta massa 2,5 ton.
Kecepatan serangan mencerminkan keterampilan kemudian efisiensi Starboard sebagai predator, yang kemungkinan besar merupakan respons terhadap stres dikarenakan menghabiskan waktu berburu di dalam dekat garis pantai pada area yang mana sejumlah dihuni manusia.
“Kami bukan dapat berspekulasi bahwa paus pembunuh ini telah terjadi berubah menjadi lebih besar canggih, tetapi rentang waktu yang cepat pada waktu ia membunuh hiu yang dimaksud menunjukkan keterampilan serta kemahiran yang tersebut luar biasa,” ujarnya.
Starboard sebelumnya juga telah terjadi terlihat berburu hiu putih. Namun biasanya, Starboard berburu secara berpasangan dengan Port. Studi yang disebutkan memaparkan ketika pembantaian, Port terlihat namun dari jarak yang mana agak jauh, lalu Starboard itu melancarkan sendiri aksinya berburu hiu putih.
Para peneliti mengemukakan masih berbagai yang tersebut belum diketahui mengenai implikasi ekosistem apa yang digunakan lebih tinggi besar dari perburuan hiu putih oleh paus pembunuh.
Perilaku yang tersebut ditunjukkan oleh Starboard bertentangan dengan perilaku berburu orca yang mana biasanya selalu berkelompok. Serangan terhadap hiu putih besar yang digunakan sebelumnya diamati melibatkan antara dua hingga enam paus orca lalu memakan waktu hingga dua jam.
“Ini adalah wawasan inovatif mengenai perilaku predator spesies ini,” kata Towner.
“Kehadiran paus pembunuh pemburu hiu ini mungkin saja terkait dengan dinamika ekosistem yang digunakan tambahan luas. Perkembangan pesat pada fenomena ini menyulitkan ilmu pengetahuan untuk mengimbanginya,” imbuhnya.



