Blog

Boeing Mau Bangkrut? Rugi Besar-besaran Rp88 Billion Gegara Ini adalah

Jakarta – Boeing kembali mencatat kerugian besar. Produsen pesawat dengan syarat Amerika Serikat (AS) itu melaporkan merugikan kuartal ketiga sebesar US$5,4 miliar atau sekitar Rp88 triliun, teristimewa akibat biaya tambahan dari penundaan kegiatan pesawat 777X yang digunakan berlarut-larut.

Meski begitu, pendapatan Boeing melonjak 30% berubah menjadi US$23,3 miliar (sekitar Rp380 triliun), didorong peningkatan pengiriman pesawat komersial. Namun, kinerja yang dimaksud masih dibayangi beban satu kali sebesar US$4,9 miliar (sekitar Rp80 triliun) untuk acara 777X yang mana terus tertunda akibat rute sertifikasi panjang dengan otoritas penerbangan AS.

“Kami kecewa dengan penundaan jadwal 777X, tetapi pesawat ini terus menunjukkan performa baik pada uji terbang. Kami kekal fokus pada pekerjaan yang mana harus diselesaikan,” kata ketua eksekutif Boeing Kelly Ortberg, dikutipkan AFP, Rabu (29/10/2025).

Ortberg menambahkan, Boeing telah dilakukan menciptakan arus kas bebas positif selama kuartal tersebut, sebuah indikator penting bagi investor. Ia juga mengatakan persetujuan Federal Aviation Administration (FAA) melawan peningkatan produksi 737 MAX sebagai “tanda kemajuan perusahaan.”

Namun, ia mengakui jalan menuju pemulihan masih panjang setelahnya sejumlah kesulitan keselamatan yang digunakan mengguncang reputasi Boeing, diantaranya dua kecelakaan fatal 737 MAX pada 2018 dan juga 2019.

Menurut data Briefing.com, hasil keuangan terbaru ini menandai kerugian kuartalan ke-17 berturut-turut bagi Boeing. Lembaga riset yang disebutkan menulis “perusahaan masih harus membuktikan bahwa strategi pemulihannya dapat memunculkan profitabilitas yang digunakan konsisten.”

Sementara itu, pesaing utama Boeing, Airbus, justru mencatat kenaikan laba 14% menjadi US$1,1 miliar (sekitar Rp18 triliun), menegaskan kesenjangan kinerja kedua raksasa penerbangan tersebut.

Meski merugi, Boeing miliki titik terang di dalam sisi pesanan. Korporasi mencatatkan data 774 pesanan bersih hingga akhir September 2025, melampaui Airbus yang digunakan hanya saja memperoleh 514 pesanan. Pencapaian ini dikaitkan dengan kebijakan perdagangan agresif Presiden Negeri Paman Sam Donald Trump yang digunakan menguntungkan Boeing.

Mogok Kerja di St. Louis

Selain persoalan teknis, Boeing juga menghadapi aksi mogok kerja lebih lanjut dari 3.000 pekerja di sarana pertahanannya pada St. Louis. Para pekerja menolak tawaran kontrak baru dari perusahaan.

Ortberg mengemukakan operasi perusahaan tetap berjalan “hampir normal” berkat rencana kontingensi lalu perekrutan tenaga pengganti. Namun, serikat pekerja menuding Boeing tidaklah bernegosiasi dengan itikad baik.

“Produk ini kompleks lalu membutuhkan presisi tinggi. Tidak ada yang digunakan sanggup menggantikan anggota kami yang tersebut terampil juga berpengalaman,” ujar Asosiasi Pekerja Mesin kemudian Dirgantara Internasional Distrik 837 di pernyataannya.

Akibat laporan kehilangan dan juga gejolak tenaga kerja tersebut, saham Boeing ditutup turun 4,4% pada perdagangan Rabu.

Related Articles

Back to top button