Alarm untuk Mobil Rakyat: Penjualan LCGC Anjlok, Sinyal Bahaya Ekonomi?

JAKARTA – Sinyal bahaya berbunyi nyaring dari jantung pangsa otomotif Indonesia. Segmen Low Cost Green Car (LCGC), yang selama ini menjadi tumpuan dan juga gerbang pertama bagi jutaan keluarga Indonesia untuk miliki mobil baru, saat ini sedang terhuyung-huyung.
Data jualan bulan Juni 2025 menunjukkan sebuah kemerosotan dramatis, memicu pertanyaan kritis: apakah “mobil rakyat” ini telah tak lagi terjangkau, atau ada perubahan besar di daya beli masyarakat?
Penurunan ini bukanlah sekadar bilangan statistik; tapi barometer yang tersebut kemungkinan besar mencerminkan kebugaran perekonomian nasional. Saat segmen paling terjangkau pun mengalami kesulitan, ini bisa jadi menjadi pertanda bahwa rakyat kelas menengah ke bawah sedang menahan napas juga mengencangkan ikat pinggang.
Realitas Pahit di dalam Atas Kertas
Data yang digunakan dirilis oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) melukiskan sebuah pandangan suram. Penjualan wholesales (pabrik ke diler) untuk mobil LCGC sepanjang Juni 2025 semata-mata mencapai 7.762 unit.
Angka ini bukanlah sekadar penurunan biasa. Tapi bilangan terjun bebas. Dibanding periode yang digunakan sejenis tahun lalu, transaksi jual beli anjlok hingga 49%. Bahkan jikalau dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Mei 2025), angkanya masih turun 9%.
Di berada dalam keterpurukan ini, pertarungan dalam antara para pemain utama pun semakin berdarah-darah: