Khamzat Chimaev baru hanya menorehkan sejarah baru. Petarung jika Chechnya ini berhasil menjadi juara kelas menengah pada turnamen UFC 319 pasca mengalahkan Dricus du Plessis dengan kemenangan hitungan 50-44.
Kemenangan ini membuktikan dominasi Chimaev kemudian menghilangkan keraguan akan kemampuan kardionya. Namun, dalam balik kemenangan gemilang itu, Chimaev juga menuai kritik.
Gaya bertarungnya yang mana didominasi gulat dianggap membosankan oleh sebagian penonton. Bahkan tak jarang ia dicemooh. Kritik ini mengingatkan banyak orang pada Khabib Nurmagomedov, yang tersebut juga banyak dikritik lantaran gaya bertarungnya yang digunakan serupa.
Lantas, mampukah Chimaev merancang warisan yang digunakan lebih lanjut baik daripada Khabib?
Khabib Nurmagomedov tak diragukan lagi adalah salah satu petarung terhebat sepanjang masa. Ia mengakhiri kariernya dengan rekor sempurna 29-0 lalu menjadi juara tak terkalahkan.
Namun, satu hal yang dimaksud banyak diperdebatkan adalah keputusannya untuk pensiun terlalu cepat setelahnya belaka tiga kali mempertahankan gelar. Sebagian besar kemenangan Khabib diraih ketika ia masih merintis karier, lalu tingkat kompetisinya dianggap belum setinggi ketika ia menjadi juara.
Inilah celah yang bisa jadi dimanfaatkan oleh Chimaev. Jika Chimaev mampu mempertahankan gelarnya di dalam kelas menengah beberapa kali, ia berpeluang untuk naik ke kelas berat ringan (102 kg) kemudian menjadi juara dua divisi, sesuatu yang digunakan bukan pernah dijalankan Khabib.
