Modus Kejahatan Ransomware Terbaru Terungkap, Begini Taktiknya

JAKARTA – Akamai Technologies perusahaan keamanan siber lalu komputasi cloud yang dimaksud menggalang dan juga melindungi industri secara online, mengungkapkan bahwa para pelaku kejahatan pada masa kini menggunakan taktik pemerasan empat lapis di aksi ransomware..
Lebih dari separuh perkara kebocoran data yang mana terjadi pada Asia Pasifik (APAC) pada 2024 terjadi akibat ransomware. Oleh oleh sebab itu itu, perusahaan-perusahaan di tempat APAC perlu meninjau lalu meningkatkan kekuatan pertahanan siber guna meminimalkan kerentanan kemudian menjaga ketahanan bisnis.
Berdasarkan laporan teranyar State of the Siber (SOTI) Akamai, Ransomware Report 2025: Building Resilience Amid a Volatile Threat Landscape, tren pemerasan empat lapis yang tersebut pada saat ini sedang marak dilaksanakan mencakup serangan DDoS (Distributed Denial of Service) juga memberikan tekanan lebih besar besar untuk korban dengan memanfaatkan pihak ketiga, seperti pelanggan, mitra, atau media. Hal ini merupakan peningkatan dari serangan ransomware pemerasan ganda, yaitu ketika pelaku serangan semata-mata mengenkripsi data korban kemudian mengancam akan membocorkan data yang disebutkan ke masyarakat bila tebusan tiada dibayar.
“Ancaman ransomware pada waktu ini bukanlah lagi sekadar enkripsi,” kata Steve Winterfeld, Advisory CISO Akamai. “Para pelaku serangan memanfaatkan data yang dia curi, eksposur ke publik, dan juga gangguan pada layanan untuk meningkatkan tekanan terhadap korban. Metode seperti ini menghasilkan serangan siber menjadi krisis industri yang kritis sehingga memaksa perusahaan untuk meninjau kembali kesiapan serta respons mereka.”
Kelompok-kelompok ransomware besar, seperti LockBit, BlackCat/ALPHV, kemudian CL0P, masih menjadi aktor utama di tempat kawasan ini, sementara para pendatang baru seperti Abyss Locker kemudian Akira mulai menggebrak.
Mereka menyerang sektor-sektor vital pada APAC, mulai dari sektor kemampuan fisik hingga hukum, dengan tingkat akurasi yang tersebut mengkhawatirkan. Kasus-kasus besar yang mana terjadi antara lain peretasan 1,5 TB data sensitif milik Nursing Home Foundation pada Australia oleh Abyss Locker, dan juga tebusan sebesar US$1,9 jt oleh sebuah firma hukum jika Singapura setelahnya serangan Akira.
Kelompok aktivis ransomware hibrida juga semakin menarik perhatian. Dengan memanfaatkan media ransomware-as-a-service (RaaS), kelompok-kelompok seperti RansomHub, Play, dan juga Anubis menyasar usaha kecil juga menengah, organisasi layanan kesehatan, dan juga lembaga lembaga pendidikan di area APAC. Baru-baru ini, salah satu klinik fertilisasi in vitro di tempat Australia dan juga sebagian praktik medis lainnya menjadi korban dari sindikat baru ini.