Monster Supra Mengamuk di dalam Kandang Sendiri: Taktik Sempurna TGRI Hancurkan Fuji Speedway

OYAMA – Di bawah bayang-bayang Gunung Fuji yang digunakan megah, dalam sirkuit yang mana menjadi “kandang” bagi Toyota, “monster” balap berwarna merah-putih mengamuk. GR Supra GT4 Evo 2 milik kelompok TOYOTA GAZOO Racing Indonesia (TGRI) tak semata-mata menang; ia menghancurkan perlawanan dalam seri ke-3 dan juga ke-4 GT World Challenge Asia (GTWCA) Japan Cup 2025 akhir pekan lalu (12-13 Juli).
Ini tidak sekadar kemenangan biasa. Tapi pertunjukan dominasi absolut, demonstrasi taktik sempurna dari duet atlet sepeda Haridarma Manoppo (Indonesia) kemudian Seita Nonaka (Jepang), yang tersebut didukung oleh mesin balap yang tersebut disetel hingga batas kesempurnaannya. Kejayaan ganda (double winner) ini menjadi instruksi brutal bagi para rival: takhta juara Kelas GT4 tahun ini adalah milik TGRI.
Senjata Pamungkas: Anatomi Sang Penakluk
.jpg)
Apa yang tersebut menimbulkan GR Supra GT4 Evo 2 begitu tak terbendung? Hal ini bukanlah mobil Supra biasa yang Anda lihat pada jalan. Ini adalah adalah mesin peperangan yang dirancang khusus untuk balap ketahanan GT4. Dengan tenaga yang dimaksud bisa jadi mencapai lebih lanjut dari 450 tenaga kuda dari mesin 3.0 liter 6-silinder segaris, bobot yang tersebut dipangkas habis, juga aerodinamika agresif, mobil ini adalah predator puncak dalam habitatnya.
“Kami turut mengapresiasi kerja keras engineer TGRI sehingga GR Supra GT4 Evo 2 masih berada di area peak performance kemudian mampu mendulang prestasi maksimal di area home race,” jelas Jap Ernando Demily, Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM). Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa kemenangan tidak belaka milik pembalap, tetapi juga para “dukun” mesin pada balik layar yang meyakinkan sang monster setiap saat pada kondisi prima.
Drama di area Atas Aspal: Dua Balapan, Dua Kejayaan Cerdas
Datang ke Fuji Speedway dengan modal kemenangan ganda di area seri sebelumnya, kelompok TGRI berada dalam berhadapan dengan angin. Namun, tekanan justru semakin besar.
Balapan 1 (Sabtu, 12 Juli): Menari di tempat Tengah Kekacauan
Haridarma Manoppo memulai balapan dengan mulus. Namun, kekacauan terjadi dalam lap awal yang tersebut memicu keluarnya red flag (balapan dihentikan sementara). Di sinilah ketenangan pribadi juara diuji. Saat balapan dimulai kembali, Haridarma dengan dingin menjaga jarak aman, menyerahkan kemudi terhadap Seita Nonaka di sikap memimpin.
Seita, sang atlet sepeda tuan rumah, kemudian menunjukkan kelasnya dengan menahan gempuran lawan hingga garis finis, mengunci kemenangan dengan total waktu 1 jam 19 menit 22.291 detik.
Balapan 2 (Minggu, 13 Juli): Menaklukkan Jebakan Handicap
Sebagai hukuman melawan kemenangan mereka, TGRI dijatuhi handicap waktu pit stop tambahan selama 15 detik. Ini adalah adalah sebuah “jebakan” yang digunakan dirancang untuk menghasilkan balapan tambahan kompetitif. Namun, TGRI mengubahnya menjadi panggung pertunjukan. Seita, yang memulai balapan, segera tancap gas, melakukan overtake agresif, lalu memulai pembangunan keunggulan waktu yang dimaksud cukup untuk menetralisir hukuman 15 detik tersebut.
Saat Haridarma mengambil alih kemudi, tugasnya “hanya” menjaga konsistensi. Ia menjalankan tugasnya tanpa cela, melintasi garis finis sebagai juara dengan total waktu 1 jam 30 menit 55.119 detik.