Kisah Rp160 Billion Apple yang digunakan Lenyap & Resep Maju Xiaomi Kuasai Pasar Mobil Listrik

BEIJING – Di berhadapan dengan panggung peluncuran SUV listrik keduanya yang tersebut gegap gempita, Lei Jun, pendiri dan juga pimpinan Xiaomi, tak mampu menahan diri. Dengan senyum penuh kemenangan, ia secara terbuka menyindir Apple, raksasa teknologi yang digunakan telah terjadi “membakar” USD10 miliar (sekitar Simbol Rupiah 160 triliun) selama satu dekade penuh hanya sekali untuk menyerah pada mimpi mobil listrik mereka.
“Sejak Apple berhenti mengembangkan mobilnya, kami memberikan perhatian khusus terhadap para pengguna Apple,” ujarnya, sebuah sindiran tajam yang dimaksud disambut riuh.
Beberapa ketika kemudian, “bom” kedua diledakkan: Xiaomi mengumumkan telah dilakukan menerima lebih besar dari 289.000 pesanan untuk SUV barunya semata-mata pada satu jam.
Ini bukanlah lagi sekadar peluncuran produk. Xiaomi, perusahaan yang lebih tinggi dikenal dengan smartphone hingga air purifier, telah dilakukan berhasil melakukan apa yang dimaksud gagal diadakan oleh perusahaan paling bernilai dalam dunia.
Pertanyaannya pada saat ini tidak lagi “apakah” mereka berhasil, tetapi “bagaimana” mereka itu melakukannya? Jawabannya adalah sebuah resep yang dimaksud terdiri dari pragmatisme, pembajakan talenta agresif, dan juga pelajaran pahit dari masa lalu.
Mimpi ‘Bulan’ Apple vs. Langkah ‘Bumi’ Xiaomi

Kegagalan Apple, yang tersebut dikenal sebagai “Project Titan”, sebagian besar disebabkan oleh ambisi mereka yang mana terlalu liar. Mereka tiada hanya saja ingin menyebabkan mobil listrik; merekan ingin menciptakan sebuah lompatan kuantum—mobil yang mana sepenuhnya otonom (Level 5) sejak awal.
Tujuan yang dimaksud terus berubah lalu terlalu tinggi ini menyebabkan mereka menghabiskan satu dekade tanpa satu pun komoditas yang dimaksud mampu ditunjukkan.
Di sisi lain, Lei Jun, 55 tahun, mengambil pendekatan yang tersebut sangat jauh lebih lanjut membumi. Ia mempertaruhkan reputasi pribadinya, mengumumkan proyek mobil ini sebagai “proyek wirausaha terakhirnya”. Alih-alih bermimpi, ia belajar.