TEKNOLOGI

lmuwan Ungkap Kecerdasan Buatan Bisa Mengurangi Satu Sifat Utama Individu

JAKARTA – Ucapan “tolong” atau “terima kasih” yang digunakan simpel kemungkinan besar tampak seperti hal yang mana wajar – teristimewa ketika kita memohonkan bantuan. Namun, ketika kesopanan yang dimaksud ditujukan terhadap kecerdasan buatan , hal itu kemungkinan besar lebih banyak berbagai mengakibatkan kerugian daripada manfaatnya.

Menurut wawasan yang tersebut muncul, sopan santun kita yang tersebut bermaksud baik dapat merugikan kita secara diam-diam, baik secara finansial maupun sosial.

Sejak diresmikan pada akhir tahun 2022, Asisten Percakapan GPT sudah menjadi teman sehari-hari bagi jutaan orang, dengan minat global yang mana bukan menunjukkan tanda-tanda melambat. Dalam sebulan terakhir saja, penelusuran untuk “ChatGPT” sudah pernah meningkat sebesar 30 persen, mencapai rekor 519 jt kueri per bulan.

Meskipun sebagian besar lonjakan yang disebutkan terkait dengan perangkat pembuat gambar terbaru, ada juga rasa ingin tahu yang berprogres tentang permasalahan yang mana sangat manusiawi: biaya untuk bersikap sopan. Pencarian untuk “tolong ChatGPT” sudah melonjak hingga 57 persen, mengungkap perpaduan menarik antara etiket digital juga konsekuensi dalam dunia nyata.

Di luar dolar lalu data, Preply , jaringan pembelajaran bahasa daring, waspada terhadap transformasi yang tersebut tambahan tenang yang digunakan kemungkinan besar terjadi: cara kita berbicara dengan mesin kemungkinan besar memengaruhi cara kita berbicara satu mirip lain.

Anna Pyshna, juru bicara Preply , menyampaikan peringatan bahwa biaya ini dapat mengakibatkan pembaharuan nada yang tersebut dapat merembet ke luar layar serta ke hidup nyata.

“Kita mengajarkan anak-anak untuk mengucapkan ‘tolong’ juga ‘terima kasih’ akibat itu tidak belaka sopan, tetapi juga manusiawi. Jika kita mulai menghilangkan norma-norma sosial ini dari kebiasaan digital kita, khususnya di interaksi sehari-hari dengan AI, kita berisiko kehilangannya identik sekali. Bahayanya adalah bahasa kita menjadi lebih lanjut robotik, lebih besar transaksional, kemudian kurang tulus,” ungkapnya.

Memang, sebuah studi terkini menunjukkan bahwa 69 persen pengguna Gen Z mengucapkan “tolong” kemudian “terima kasih” pada waktu berbicara dengan ChatGPT. Akan tetapi, Anna mencatatkan data bahwa meskipun hal ini kemungkinan besar menggembirakan di dalam permukaan, hal ini dapat berubah.

“Seiring dengan meningkatnya kesadaran pengguna bahwa kesopanan menyebabkan dampak lingkungan serta finansial, serta Artificial Intelligence tiada “merasakan” penghargaan, lapisan emosional bahasa mungkin saja mulai terkikis,” tambahnya.

Related Articles

Back to top button