Ritual Adat Budaya Mappalili Turun Sawah Musim Tanam Tahun 2025 Berlangsung di Rumah Adat Balla Lompoa Labakkang

PANGKEP SULSEL – Prosesi Ritual adat tradisi budaya Mappalili turun sawah musim tanam tahun 2025 Kecamatan Labakkang Wilayah Pangkajene kemudian Kepulauan dipusatkan di Rumah Adat Labakkang Balla Lompoa Labakkang Kelurahan labakkang pada Minggu, 16 November 2025.
Ritual Mappalili kali ini adalah merupakan puncak dari rangkaian kegiatan memulai turun sawah satu komando se Kecamatan Labakkang dari rumah adat balla lompoa menuju Galung atau sawah kalompoang dalam desa Manaku.
Kegiatan yang tersebut melibatkan dan juga disaksikan ribuan pasang mata warga Kecamatan Labakkang kemudian sekitarnya dipimpin pemerintahan wilayah kecamatan beserta jajaran pada hal ini Camat Labakkang Bahri, SE didampingi Isteri (Ketua TP PKK) yang digunakan melepas sekaligus menyambut kembali kedatangan rombongan Kekaraengan melakukan ritual.
Rombongan dipimpin Pemangku adat / Pinati Musawir didampingi Karaeng Sialloa Muchtar Muddain, S.St, sama-sama Ketua Lembaga Adat Karaeng Labakkang Andi Syukri HM, Sp Karaeng Ramma beserta jajaran, Ketua Panitia Andi Sahib Nur Karaeng Sitonra dan juga jajaran, para Lo’mo, para pengawal laskar tombak, para legenda diiringi ganrang atau gendang musik tradisional juga penyambutan Angaru.
Camat Labakkang Bahri menyampaikan bahwa kegiatan ritual mappalili ini adalah merupakan sukses kolaborasi pemerintah Kecamatan lalu Lembaga Adat Kekaraengang Labakkang.
Sementara Pinati Musawir juga demikian, ritual adat mapalili tahun ini sangat meriah dalam mana masyarakat sampai dari provinsi lain hadir di acara ini baik dari Jakarta, Papua, Kalimantan antusias memberikan dukungan baik pemeran maupun finansial.
Ketua Lembaga Adat Karaeng Andi Syukri, Adat tradisi Mappalili Labakkang masuk warisan budaya ta’benda, ini memiliki keunikan tersendiri yang digunakan berlangsung setiap tahunnya dilaksanakan secara turun-temurun sudah ada sejak lama oleh raja-raja Labakkang atau bahkan masih bernama Lombassang atau Malombassang.
“Karaeng Siallo adalah simbol untuk menggantikan karaeng, sedangkan Pinalti pada dasarnya mengatur mempersiapkan segala sesuatunya terkait dengan kegiatan ritual Mappalili yang mana diatur oleh karaeng, ” ungkapnya.
Menurutnya, Pinati itu dulunya semacam panitia yang dimaksud memang benar harus secara turun-temurun. Pernah pelaksanaan ditangani pemerintah kecamatan yang digunakan sejak 2023 terbentuk lembaga adat yang digunakan menentukan panitia secara general keseluruhan, sementara Pinati secara ritual.
Ketua panitia Andi Sahib Nur memaparkan, rangkaian acara kegiatan Mappalili tahun ini dimulainya sejak Kamis (13/3) dengan acara hiburan masyarakat; lomba domino se Kecamatan, kemudian lanjut ba’da Hari Jumat rembuk tani se Kecamatan yang digunakan dihadiri dinas dinas terkait khususnya Pertanian, Kebudayaan, Ketahanan Pangan, Perjalanan dan juga PU.
“Kemarin Hari Sabtu itu telah dimulai ritual adat dengan acara kalompoang atau membersihkan pusaka-pusaka kerajaan, disusul dengan penjemputan Karaeng Sialloa ke kampung Mandar ke rumah adat sampai waktu malam harinya kita laksanakan Tudang Sipulung reuni urung rembuk membicarakan masalah-masalah terkait adat budaya lalu juga pertanian, kemudian tadi pagi adalah puncak dari kegiatan mappalili yaitu ritual turun ke sawah, ” jelasnya.
Ditambahkannya, Tudang Sipulung kemarin dihadiri Asisten 1 Asrul Asikin wakili Bupati, Dandim 1421/Pangkep Letkol Inf Fajar, S.Ip, M.Sc, Kabag OPS Kompol Nasri, S.Sos wakili Kapolres, Anggota DPRD provinsi Sulawesi Selatan Andi Nirawati, DPRD Pangkep H Lutfi Hanafi, Muktar Sali, Ketua KPU Ichlas (Lo’mo), para Pimpinan Forkopimca, KUA, Puskesmas, Pendidik, para Kepala Desa, Lurah, Komunitas Labakkang juga Badik Selebes juga undangan lainnya.( Hamsa/ Herman Djide)



