Blog

Ipemi dorong Ibukota Indonesia perluas ruang UMKM dalam hotel, pusat perbelanjaan

Ibukota – Ikatan Pengusaha Muslimah Nusantara (Ipemi) memacu pemerintahan Provinsi DKI Ibukota menghadirkan kebijakan yang dimaksud berpihak pada UMKM, khususnya dengan mewajibkan hotel lalu pusat perbelanjaan (mal) menyediakan ruang kolaborasi bagi pelaku bisnis lokal.

“Khusus hotel-hotel yang dimaksud diharapkan menyediakan corner khusus kuliner khas Betawi dengan memberdayakan UMKM DKI, seperti ketoprak, bir pletok, nasi uduk, juga lainnya. Begitu juga mall yang tersebut diharapkan sanggup memfasilitasi ruang UMKM secara maksimal,” kata Ketua Umum Ipemi Ingrid Kansil di informasi dalam Jakarta, Kamis.

Ingrid sama-sama Sekretaris Jenderal Ipemi Nurwahidah Saleh juga beberapa jajaran pengurus Ipemi pusat bertemu dengan Pemuka DKI Ibukota Indonesia Pramono Anung dalam Balai Kota, Ibukota Pusat. Kedua belah pihak saling menyokong untuk kemajuan UMKM Jakarta.

“Pak Pengurus menerima segera audiensi dari Ipemi. Pak Pemuka menyampaikan akan terus memperluas ruang-ruang UMKM di dalam DKI,” ujar Ingrid.

Ingrid mengungkapkan, selain mengupayakan program-program eksekutif Provinsi DKI Jakarta, tujuan pertarungan dengan Kepala daerah DKI Ibukota Pramono Anung juga untuk menjajaki kerja mirip Ipemi. Khususnya, pemberdayaan UMKM.

Kepada gubernur, Ipemi menyatakan bahwa hotel berbintang serta mall di dalam DKI miliki peran sebagai akomodator yang digunakan berorientasi pada keberlanjutan. Sehingga, kolaborasi dengan UMKM lokal berubah jadi suatu keniscayaan.

Hotel menjadi sarana penting bagi UMKM akibat mempunyai akses pangsa yang dimaksud lebih tinggi luas.

“Kemitraan seperti ini juga membantu UMKM beradaptasi dengan standar lapangan usaha yang tersebut dapat menguatkan daya saing dan juga kemungkinan ekspor mereka,” ucap Ingrid.

Dia mengakui, ada beberapa hotel lalu mall yang dimaksud melakukan hal serupa. Namun, masih berbagai yang belum maksimal melakukan kolaborasi dengan UMKM, misalnya dengan biaya sewa yang terlalu tinggi.

“Tempat yang digunakan diberikan kurang strategis. Seperti di dalam lantai paling bawah, dekat parkiran, serta lainnya. Tempat itu justru jarang dilalui orang-orang,” kata Ingrid.

Related Articles

Back to top button