Blog

4 Poin Penting Dibahas Purbaya serta Bos BI Saat Santap Bebek Goreng

 

Daftar Isi
  • 1. Sinergi Kebijakan Fiskal juga Moneter
  • 2. Bunga Deposito Valas Bank Himbara Naik
  • 3. Rupiah Anjlok
  • 4. Revisi UU P2SK

Jakarta-Pertemuan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa lalu Pemuka Bank Indonesia Perry Warjiyo pada akhir pekan sesudah itu berubah menjadi sorotan. Sambil makan siang dengan menu bebek goreng, banyak bahasan penting terjadi.

Pertemuan berlangsung di dalam kantor BI, sekitar pukul 12.30 Waktu Indonesia Barat pada Hari Jumat (26/9/2025). Hal ini merupakan perjumpaan pertama sejak Purbaya dilantik sebagai Menteri Keuangan. Penting untuk direalisasikan mengingat sejumlah rumor negatif tentang hubungan kedua tokoh ini.

Apa belaka yang mana bermetamorfosis menjadi pembahasan?

1. Sinergi Kebijakan Fiskal lalu Moneter

Saat menjabat Menteri Keuangan, Purbaya secara langsung hadir dengan kebijakan pemindahan dana pemerintah dari BI menuju perbankan sebesar Rp200 triliun. Tujuannya untuk meningkatkan likuiditas perbankan agar perekonomian kembali bangkit.

Beberapa pihak mengumumkan langkah Purbaya sebenarnya mengarah untuk moneter. Hal ini cukup hangat sebab sebelumnya bukan ada pembicaraan dengan BI.

“Kita diskusi sedikit lah tentang sinkronisasi kebijakan. Jadi kebijakan saya dengan Bank Sentral itu sinkron, nggak ada yang beda sebetulnya. Cuma kan kadang-kadang pada luar tanggapannya kami dengan BI seolah-olah berlawanan,” kata Purbaya selepas pertemuan.

“Enggak, kami sinkron selaras harmoni lah. Apalagi tadi ia ngasih makan bebek goreng yang mana enak banget. Terpaksa saya identik dengan beliau pandangannya ke depan.”

2. Bunga Deposito Valas Bank Himbara Naik

Purbaya membantah telah lama memerintahkan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) meninggikan bunga deposito valuta asing (valas) bermetamorfosis menjadi 4% secara serentak pada November 2025. Begitu juga Bank Indonesia.

Purbaya menduga perbankan salah memaknai rencana pemerintah untuk mengejutkan dana penduduk Indonesi yang mana disimpan pada luar negeri. Rencana yang disebutkan memang benar telah dibahas pada rapat kebinet terbatas dengan Presiden Prabowo Subianto, namun masih penting dikaji tambahan lanjut.

“Kebijakan ini belum sampai ke KSSK, di dalam Kantor Presiden pun belum selesai analisanya. Jadi ini mungkin saja sebagian offside dapat bocoran dari mana hingga melakukan hal itu,” terangnya.

KSSK yang tersebut melibatkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta Bank Nusantara (BI) juga LPS harus menghitung dampak kebijakan secara lebih lanjut detil baik secara jangka pendek maupun menengah panjang.

“Saya diskusi dengan Pemuka BI juga tadi, Anda pernah dengar? Nggak juga. Jadi kemungkinan besar itu inisiatif beberapa pemimpin bank,” kata Purbaya.

3. Rupiah Anjlok

Situasi rupiah yang digunakan anjlok terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga turut bermetamorfosis menjadi pembahasan antara kedua tokoh tersebut.

Sepanjang pekan ini, rupiah melemah 0,84% secara point-to-point dengan sang greenback. Sejatinya, rupiah telah mulai melemah sejak perdagangan Awal Minggu awal pekan ini. Namun ke perdagangan Kamis lalu, pertama kalinya sejak April 2025, rupiah melemah ke level psikologis Mata Uang Rupiah 16.700/US$.

“Ini kan belaka jangka pendek sekadar ya. Saya pikir lantaran ada kesalahpahaman pangsa terhadap kebijakan yang katanya saya nentuin,” ujarnya.

Kebijakan yang digunakan dimaksud adalah bunga deposito valuta asing (valas) bermetamorfosis menjadi 4% secara serentak pada November 2025. “Jadi saya pikir sekarang kemungkinan besar klarifikasi bahwa itu tidak kebijakan kami,” tegasnya.

Menurut Purbaya, BI telah menjalankan tugasnya pada menyimpan stabilitas nilai tukar. Rupiah diperkirakan akan kembali kuat beberapa waktu ke depan.

“Jadi dengan Pak Perry yang mana ngomong ya, Pak Perry jalan kebijakan biasa seperti sesuai dengan wewenangnya, saya mempertahankan kebijakan sesuai dengan wewenangnya.”

4. Revisi UU P2SK

Purbaya membantah revisi Undang-undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pembangunan kemudian Penguasaan Bagian Keuangan (UU P2SK) akan menciptakan Bank Nusantara (BI) kehilangan independensi.

“Bank sentral akan fokus pada kegiatan sesuai dengan kewenangannya.

Kami juga akan sesuai dengan kewenangannya. Sesuai dengan kami, sesuai dengan undang-undang,” ungkap Purbaya.

Hal ini juga berubah menjadi kesepakatan antara Purbaya lalu Pengurus BI Perry Warjiyo pada waktu makan siang akhir pekan lalu.

“Fiskal-fiskal, moneter-moneter, kita akan fokus ke kebijakan kita masing-masing yang dimaksud jelas tujuannya sama. Ya, menciptakan perkembangan yang tersebut lebih tinggi cepat juga menghasilkan kita semua makmur. Warga akan makmur,” jelasnya.

Menurut Purbaya, penting sinergi diwujudkan oleh dua institusi ini lantaran peran yang digunakan besar pada memacu perekonomian. Kebijakan fiskal tidak ada akan efektif di mana moneter tidaklah sejalan, begitu juga sebaliknya.

“Kalau kita lihat kan, kemarin-kemarin kan tumbuhnya agak lambat. Kadang-kadang yang dimaksud rem pemerintah, kadang-kadang bank sentral. Sekarang udah satu pikiran, kita ingin memajukan sektor ekonomi bareng-bareng,” terangnya.

(arj/mij)
[Gambas:Video CNBC] Next Article BI Sentil ‘Bank Nakal’ yang digunakan Main-Main dengan Bunga Deposito

Sumber: Cnbc

Related Articles

Back to top button